Kamis, 24 Mei 2012

AUTISME

1.    Defenisi
Kata autis berasal dari bahasa yunani “ auto” berarti sendiri, yang ditujukan pada seorang yang menunjukkan gejala “ hidup dalam dunianya sendiri”. Pada umumnya penderita autisme mengacuhkan suara, penglihatan, maupun kejadian yang melibatkan mereka. Jika ada reaksi, biasanya reaksi ini tidak sesuai denngan situasi, atau malahan tidak ada reaksi sama sekali. Mereka menghindari atau tidak berespon terhadap kontak sosial. Pemakaian istilah autisme kepada penderita di perkenalkan pertama kali oleh Leo Kanner seorang pskiater dari Hervard (Kanner, Autistic Disturbance of Affective Contak) pada tahun 1943, berdasarkan pengamatan terhadap 11 penderita yang menunjukkan gejala kesulitan berhubungan dengan orang lain, mengisolasi diri, prilaku yang tidak biasa, dan cara berkomunikasi yang aneh (Huzaemah, 2010 : 1)
Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, prilaku, komunikasi, dan interaksi sosial ( Dr Retno Sintowati, 2007 : 1 ).
2.    Penyebab autisme
Penyebab autis belum diketahui secara pasti, beberapa ahli menyebutkan penyebab autis bersifat multifaktorial. Beberapa peneliti mengungkapkan terdapat gangguan biokimia, ahli lain berpendapat bahwa autis disebabkan oleh gangguan psikiatri. Ahli lainnya berpendapat bahwa autisme disebabkan kombinasi makanan yang salah atau lingkungan yang terkombinasi zat – zat beracun dan mengakibatkan kerusakan pada usus besar. Kerusakan ini mengakibatkan timbulnya masalah dalam tingkah laku dan fisik ( Dr. Retno Sintowati, 2007 : 7 ).
Oleh karena itu penyebab autis, hingga kini penelitian mengenai penyebab autisme masih terus berjalan dan berkembang. Berikut beberapa hasil penelitian dari para ahli mengenai penyebab autisme.
a.    Faktor psikososial
b.    Faktor genetik
c.    Kelainan otak
d.    Kelainan neuro transmiter
e.    Kelainan peptida di otak
f.    Kondisi lingkungan
3.    Gejala autisme
Gejala autisme timbul sebelum anak mencapai usia 3 tahun. Pada sebagian anak, gejala gangguan perkembangan ini sudah terlihat sejak lahir. Seorang ibu yang cermat dapat melihat beberapa keganjilan sebelum anaknya mencapai usia satu tahun. Gejala yang sangat menonjol adalah tidak adanya kontak mata dan kurangnya minat untuk berinteraksi dengan orang lain. Dalam perkembangannya yang normal, seorang bayi mulai bisa berinteraksi dengan ibunya usia 3-4 bulan. Apabila ibu merangsang bayinya dengan mengerincingkan mainan dan mengajak berbicara maka bayi tersebut akan berespon dan bereaksi dengan ocehan serta gerakan. Tabel berikut ini menjelaskan indikator perkembangan normal pada masa bayi ( Dr. Retno Sintowat, 2007 : 2 ).

Tabel 1 : indikator perkembangan bayi normal
Usia     Kemampuan dan proses pikir    Komunikasi    Gerakana
3 bulan    •    Merespon terhadap suara baru
•    Mengikuti benda dengan mata
•    Melihat objek dan orang    •    Berceloteh/ bersuara
•    Tersenyum pada suara ibu    •    Mengangkat kaki dan tangan
•    Melihat pergerakan tangan sendiri
3-6 bulan    •    Mengenal ibu
•    Menggapai objek    •    Memalingkan kepala pada suara
•    Mulai meraba
•    Meniru suara
•    Menangis dengan suara berbeda    •    Mengangkat kepala
•    Menggerakkan benda saat bermain
Tabel 1 : indikator perkembangan bayi normal
Usia    Kemampuan dan proses pikir    Komunikasi    Gerakan
6-9 bulan    •    Meniru gerakan sederhana
•    Merespon jika dipanggil namanya    •    Membuat kata-kata berulang yang tidak bermakna
•    Menggunakan suara untuk menarik perhatian    •    Merangkak
•    Berdiri berpegangan meja
•    Bertepuk tangan
•    Memindahkan objek dari satu tangan ke tangan yang lain
9-12 bulan    •    Bermain permainan sederhana
•    Bergerak menuju benda yang diminati
•    Melihat gambar pada buku    •    Melambaikan tangan untuk dada
•    Berhenti ketika dikatakan tidak
•    Meniru kata- kata baru    •    Berjalan sambil berpegang
•    Menyatakan keinginan terhadap benda tertentu
•    Mencoret dengan pensil warna
12-18 bulan    •    Meniru suara
•    Menunjuk pada benda yang diinginkan    •    Menggelengkan kepala menyatakan tidak
•    Meniru kata baru mengikuti intruksi sederhana    •    Berjalan sendiri
•    Naik turun tangga

Secara umum, gejala autis sudah tampak sebelum anak berusia 3 tahun, bahkan ketika masih bayi. Gejala tersebut antara lain disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 2 gejala bayi autis

Hal     Tanda – tanda bayi autis
Komunikasi    •    Tidak ada kontak mata
•    Seperti tuli
•    Pada awalnya bahasa berkembang lalu mendadak berhenti
Hubungan sosial     •    Tidak peduli terhadap orang yang datang maupun yang pergi
•    Melakukan serangan fisik tanpa sebab yang jelas
•    Sulit diajak kontak
Kemampuan dalam berinterasi terhadap lingkungan    •    Selalu terpaku terhadap satu aktifitas
•    Melakukan gerakan aneh seperti menggoyangkan benda berulang- ulang
•    Seperti tidak sensitif terhadap nyeri

Apabila anak autis tidak segera diterapi, setelah 3 tahun perkembanganya menjadi berhenti bahkan mengalami kemunduran seperti tidak mengenal suara orang tuanya dan tidak mengenal namanya. Anak autis umumnya mengalami beberapa gangguan seperti berikut ( Dr. Retno Sintowati, 2007 : 4-7 )
a.    Gangguan dalam komuniksi verbal maupun non verbal
b.    Gangguan perasaan dan emosi
c.    Gangguan dalam berinteraksi
d.    Gangguan dalam bermain
e.    Gangguan dalam prilaku
f.    Gangguan dalam persepsi sensori

4.    Gangguan Perkembangan anak autis
Anak autis tidak mengikuti pola perkembangan anak pada umunya. Anak autis mempunyai masalah dalam bidang komunikasi, interaksi sosial, gangguan sensori, pola bermain, perilaku, dan emosi (Ganda Sumekar , 2009 : 279).
a.    Komunikasi
1)    Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada
2)    Anak tanpak sedikit tuli, sulit berbicara, atau pernah berbiara kemudian sirna
3)    Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya
4)    Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti orang lain
5)    Biara tidak dipakai untuk alat komunikasi
6)    Senang meniru
7)    Bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata tanpa mengerti artinya
8)    Sebagian dari anak ini tidak berbicara atau sedikit berbicara sampai usia dewasa
9)    Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang dia inginkan.
b.    Interaksi sosial
1)    Penyandang autis lebih suka menyendiri
2)    Sedikit kontak mata, bahkan tidak ada sama sekali
3)    Tidak tertarik untuk bermain bersama
4)    Bila di ajak bermain, anak ini tidak mau bahkan menjauh
c.    Gangguan sensori
1)    Sangat sensitif terhadap sentuhan, sperti tidak suka dipeluk
2)    Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga
3)    Senang menium-cium dan menjilat-jilat mainan
4)    Tidak sensitif terhadap rasa sakit atau rasa takut
d.    Pola bermain
1)    Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya
2)    Tidak suka bermain dengan anak sebayanya
3)    Tidak kreatif, dan tidak imajinatif
4)    Tidak bermain sesuai fungsi mainannya
5)    Senang bermain denga benda-benda yang berputar
6)    Dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentuyang dipegang terus dan dibawa kemana-mana
e.    Perilaku
1)    Dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif)
2)    Memperlihatkan perilaku stimulasi dini seperti melakukan gerakan yang berulang-ulang
3)    Tidak suka pada perubahan
4)    Dudul bingung dengan tatapan kosong
f.    Emosi
1)    Sering marah tanpa alasan yang jelas, tertawa dan menangis tanpa alasan
2)    Temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau tidak diberikan keinginannya
3)    Kadang suka menyerang dan merusak
4)    Kadang berperilaku menyakiti diri sendiri
5)    Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain.
5.    Beberapa tipe penanganan autis
Terapi autisme merupakan penatalaksanaan anak autis yang dilakukan secara terstruktur dan berkesinambungan. Terapi ini bertujuan mengurangi masalah perilaku dan meningkatkan kemampuan belajar serta meningkatkan perkembangan anak agar sesuai atau mendekati seusianya. Dibawah ini ada beberapa bentuk terapi yang bisa di lakukan untuk penanganan anak autis dalam membantu perkembangannya.
a.    Applied Behavior Analysis (ABA)
Teknik ABA memandang tingkah laku sebagai suatu yang dipelajari dan berdasarkan pada rangkaian ABC yaitu Antecendent-Behavior-Consequence. Terapis bertugas memberikan Antecendent yang tepat (stimulus untuk mendorong anak bertingkah laku tertentu, yaitu intruksi) dan concequence ( konsekuensi sesuai tingkah laku anak, yaitu berupa penguatan atau hukuman). Untuk membantu anak belajar keterampilan secara cepat, terapis memberikan bantuan secara fisik maupun verbal yang secara bertahap akan dikurangi sampai anak benar-benar mandiri.
a.    Penanganan biomedis
Penelitian yang dilakukan oleh Paul Shattock menunjukkan bahwa gangguan pencernaan merupakan salah satu faktor prnyebab munculnya gejala autisme. Shattock mengembangkan intervensi biomedis.
b.    Penanganan integrasi sensorik
Banyak anak autis mengalami gangguan dalam proses stimulus sensorik sehingga kesulitan dalam mengkoordinasi gerakan dan beradaptasi dengan lingkungan.
c.    Terapi wicara
Secara umum terapi wicara ditujukan untuk membantu anak mengucapkan kata-kata dan akhirnya berbicara dengan benar (Adriana S. Ginanjar, 2008 : 32-35).

d.    Terapi sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi induvidu autisme adalah dalam bidang komunikasi dan interaksi. Banyak anak ini membutuhkan pertolongan dalam keterampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat bermain.
e.    Terapi bermain
Seorang anak autistik membutuhkan pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi, dan interaksi sosial.
f.    Terapi perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan, artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat perkembangannya.Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku ABA yang lebih mengajarkan keterampilan yang lebih spesifik.
g.    Terapi visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual Learners). Hal ini yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui gambar-gambar.
h.    Terapi okupasi
Hampir semua anak autis mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Gerak-gerik kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pensil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot-otot halusnya dengan benar (Putro Agus Harwono, autisspeak.org, 2012).
i.    Terapi musik
Terapi musik untuk anak autis bertujuan untuk mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan psikomotorik dan fisiomotorik secara optimum. Musik yang digunakan untuk terapi hatus memperhatikan karakteristik anak (Dr. Retno Sintowati, 2007 : 30).



DAFTAR PUSTAKA
Sumekar, Ganda, 2009 Anak Berkebutuhan Khusus. UNP, Padang : 325 halaman.
Huzaemah, 2010 Kenali Autisme Sejak Dini. Pustaka Populer Obor, Jakarta : 55 halaman.
Ginanjar, Adriana S, 2008 Panduan Praktis Mendidik Anak Autis ; Menjadi Orang Tua Istimewa. Dian Rakyat, Jakarta : 132 halaman.
Harnowo, Putro Agus, 2010 Terapi Autisme. Di akses dari http://www.autis.info/index.php/terapi-autisme/10-jenis-terapi-autisme
Aiziz, Rizem, 2011 Sehat dan Cerdas dengan Terapi Musik. Laksana, jogjakarta : 210 halaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar